Menteri Pertahanan mengatakan Hongaria harus mempertahankan diri di tengah risiko tumpahan yang “terbesar”.

Hongaria memindahkan beberapa sistem pertahanan udaranya ke perbatasannya dengan Ukraina karena meningkatnya ketegangan terbaru antara Moskow dan Kiev, Menteri Pertahanan Christoph Szale-Bobrovnisky mengumumkan setelah menghadiri pertemuan Dewan Pertahanan pada Rabu malam.

Pengerahan tersebut merupakan tindakan darurat, pejabat tersebut menjelaskan dalam pernyataan video di Facebook, mengutip keputusan negara-negara Barat untuk menyerang wilayah Rusia dengan senjata jarak jauh yang disumbangkan ke Kiev dan memungkinkan Moskow mengubah postur nuklirnya minggu ini.

“Untuk mempersiapkan segala kemungkinan, saya telah memerintahkan sistem kendali udara dan pertahanan udara yang baru dibeli serta kemampuan yang dibangun di atasnya untuk dipasang di Timur Laut,” Katanya, ancaman itu tercipta akibat konflik Ukraina “lebih besar dari sebelumnya”. Hongaria berkomitmen terhadap solusi damai, tegas Szalay-Bobrovniczky.

Perangkat keras militer baru ini akan meningkatkan deteksi target udara yang berpotensi berbahaya bagi Hongaria dan memungkinkan respons yang lebih cepat dari pihak militer, jelas menteri. Pasukan Hongaria saat ini bersiaga, tambahnya.



Negara-negara NATO meledakkan rudal Biden yang 'tidak masuk akal'

Peningkatan ketegangan saat ini terjadi setelah Presiden AS Joe Biden mengizinkan Ukraina melakukan serangan dengan rudal balistik ATACMS di dalam wilayah Rusia yang diakui secara internasional. Inggris dan Perancis diduga mengikuti langkah tersebut dengan mengubah peraturan mengenai rudal jelajah Storm Shadow/Scalp yang disumbangkan ke Ukraina. Namun, belum ada pemerintah yang secara resmi mengumumkan perubahan kebijakan tersebut.

Minggu ini, militer Rusia mengatakan pihaknya mencegat beberapa rudal ATACMS di wilayah Bryansk Rusia dan sebuah rudal Storm Shadow di lokasi yang dirahasiakan. Senjata-senjata Eropa ditembakkan ke sasaran di wilayah Kursk Rusia, menurut laporan media. Pasukan Kiev saat ini berusaha mempertahankan kendali atas wilayah tersebut, yang mereka rebut dalam serangan pada bulan Agustus.

Presiden terpilih AS Donald Trump, yang akan menjabat pada bulan Januari, menyatakan selama kampanye pemilihannya bahwa ia akan mengakhiri konflik Ukraina dalam waktu 24 jam jika pemilih mengembalikannya ke kekuasaan di Washington.

Biden disebut ingin menggunakan setiap kesempatan selama dua bulan tersisa di Gedung Putih untuk memperkuat Kiev melawan Moskow. Kritikus menuduh Partai Demokrat berusaha memaksa Trump untuk melanjutkan permusuhan.

Anda dapat membagikan cerita ini di media sosial: