Prancis akan melakukan segala kemungkinan untuk membangun kembali wilayah luar negeri Mayotte, yang hancur akibat Topan Chido, kata Presiden Prancis Emmanuel Macron pada Kamis saat berkunjung ke kepulauan kecil di Samudra Hindia.

Topan Chido melanda Mayote pada hari Sabtu dengan kecepatan angin 220 kilometer per jam, meninggalkan jejak kehancuran.

Lebih dari 2.000 orang dilaporkan terluka dan 31 orang tewas dalam bencana tersebut, namun pihak berwenang khawatir jumlah korban tewas bisa jauh lebih tinggi.

Prefek setempat, François-Xavier Beauville, memperkirakan beberapa ratus orang mungkin telah terbunuh.

Wilayah luar negeri Perancis di Mayotte terletak di Samudera Hindia di lepas pantai negara Mozambik di Afrika Tenggara dan negara kepulauan Madagaskar.

Sekitar 310.000 orang tinggal di pulau-pulau tersebut, dengan usia rata-rata 23 tahun.

Kehidupan di Mayotte pada dasarnya berbeda dengan di daratan Prancis, yang jaraknya lebih dari 8.000 kilometer. Lebih dari tiga perempat penduduknya hidup di bawah garis kemiskinan dan masyarakatnya mempunyai pendapatan lebih rendah dibandingkan wilayah lain di Prancis, termasuk penduduk di sekitar La Réunion.

Perekonomian pulau-pulau tersebut, yang dijajah oleh Perancis pada pertengahan abad ke-19, kurang berkembang dan banyak orang menganggur dan tinggal di perumahan sementara.

Topan Chido juga mencapai Mozambik di daratan Afrika pada akhir pekan, di mana jumlah korban tewas meningkat menjadi 45 pada hari Rabu, kata Institut Manajemen Bencana Nasional. Lebih dari 500 orang terluka.

Menurut Dana Anak-anak Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNICEF), setidaknya 175.000 orang terkena dampak topan tersebut, yang menghancurkan hampir 24.000 rumah, serta sejumlah sekolah dan fasilitas kesehatan.

Source link