Kota mempunyai tanggung jawab yang sangat besar, mulai dari pembangunan jaringan transit untuk menjalankan sekolah – dan terkadang mereka memerlukan sedikit bantuan juga. Itu sebabnya pemerintah daerah telah lama bergabung dengan dunia usaha kemitraan publik-swasta. Secara historis, pengaturan ini telah membantu kota membiayai proyek infrastruktur besar seperti jembatan dan rumah sakit.
Namun, analisis dan penelitian kami menunjukkan adanya tren baru di mana pemerintah daerah terlibat dalam kolaborasi sektor swasta – yang kami sebut sebagai “kemitraan publik-swasta yang berpusat pada masyarakat” atau CP3. Berbeda dengan kemitraan pemerintah-swasta pada umumnya, CP3 bukan hanya tentang investasi finansial; mereka memanfaatkan hubungan dan kepercayaan. Dan hal ini lebih dari sekedar membangun infrastruktur; tujuan mereka adalah membangun komunitas yang berketahanan dan inklusif.
Sebagai CEO pendiri Kemitraan untuk Inovasi Inklusifberdasarkan Institut Teknologi GeorgiaSaya terpesona dengan CP3. Meskipun tidak semua CP3 berhasil, namun jika dilakukan dengan benar, CP3 dapat menjadi alat yang ampuh bagi pemerintah daerah untuk menavigasi kompleksitas kehidupan perkotaan modern.
Bersama dengan pakar pendanaan iklim internasional Andrea Fernandez dari kelompok kepemimpinan iklim perkotaan C40, kami menganalisis kemitraan publik-swasta yang berpusat pada masyarakat di seluruh dunia dan mengumpulkan delapan studi kasus. Bersama-sama, keduanya memberikan wawasan berharga tentang bagaimana kota dapat memanfaatkan kekuatan CP3.
4 kunci sukses
Meskipun kami melihat kemitraan yang tercipta di berbagai negara dan konteks, kami berulang kali melihat beberapa elemen penting bagi keberhasilan.
• 1. Misi dan visi yang jelas: Penting untuk memiliki misi yang selaras dengan semua orang yang terlibat. Pat N di Medellín, Kolombia, misalnya, telah mengubah kota ini menjadi pusat inovasi, menarik 471 perusahaan teknologi dan menciptakan 22.500 lapangan kerja.
Visi ini tidak statis. Hal ini telah berkembang sebagai respons terhadap perubahan dinamika lokal, termasuk prioritas kepemimpinan dan tren global yang lebih luas. Namun, misi inti kewirausahaan, investasi dan inovasi tetap jelas dan dianut oleh seluruh pemangku kepentingan utama, sehingga mendorong kemitraan ini ke depan.
• 2. Mitra yang beragam dan terlibat: CP3 yang sukses bergantung pada keterlibatan aktif berbagai mitra, yang masing-masing memanfaatkan keahlian dan sumber daya unik mereka sendiri. Di Inggris, misalnya, Inisiatif Iklim Hull Net Zero ada kemitraan yang melibatkan lebih dari 150 perusahaan, banyak yang berukuran kecil dan menengah. Keberagaman mitra ini merupakan kunci keberhasilan inisiatif ini karena mereka mampu memanfaatkan sumber daya dan berbagi risiko, sehingga memungkinkan inisiatif ini mengatasi tantangan kompleks dari berbagai sudut.
Demikian pula, Kota Berpikir Malaysia melibatkan organisasi berbasis komunitas dan populasi rentan dalam program adaptasi iklim di Penang. Hal ini memastikan bahwa kemitraan ini bersifat inklusif dan responsif terhadap kebutuhan seluruh warga negara.
• 3. Struktur kepengurusan yang kokoh: Tata kelola yang efektif adalah kunci untuk memastikan bahwa CP3 beroperasi dengan lancar dan mencapai tujuannya. Misalnya, di Melbourne, Australia, City Professorship in Urban Resilience and Innovation mencakup perwakilan dari kota dan universitas. Ia memiliki struktur komunikasi formal dimana penelitian menginformasikan kebijakan dan sebaliknya. Hal ini bertujuan untuk menggunakan penelitian untuk memberikan informasi dan panduan yang lebih baik dalam pembuatan kebijakan dan pada gilirannya memajukan penelitian dengan menerapkannya dalam praktik perkotaan.
Di Afrika Selatan, Observatorium Regional Kota Gauteng menjembatani akademisi dan pemerintah untuk mendorong pembangunan perkotaan. Struktur tata kelolanya, yang mencakup beragam dewan yang ditunjuk oleh perdana menteri provinsi tersebut, memastikan bahwa kemitraan ini tetap fokus dan efektif. Artinya, hal ini melampaui agenda pembangunan suatu organisasi dan kepemimpinan demi kepentingan jangka panjang masyarakat.
• 4. Komitmen terhadap inovasi dan pertumbuhan: Meskipun kami berpendapat bahwa penyediaan dana dan dukungan natura merupakan hal yang penting, menunjukkan dampak ekonomi sangatlah penting bagi keberlanjutan CP3.
Dublin Dockland Cerdas Inisiatif ini adalah contoh yang bagus untuk hal ini. Dengan memanfaatkan teknologi untuk memenuhi kebutuhan masyarakat, kemitraan ini menarik investasi lebih dari €3 juta ($3,2 miliar) dan melipatgandakan pendanaan proyek.
Inisiatif ini tidak hanya memperkuat konektivitas dan infrastruktur teknologi Dublin, namun juga membahas keselamatan publik melalui solusi seperti smart ring buoys. Kendaraan hias tersebut adalah penjaga pantai dengan sensor yang memperingatkan kota ketika kendaraan hiasnya dirusak atau dicuri.
Studi kasus menunjukkan bahwa CP3 dapat menjadi model pembangunan perkotaan yang dapat diterapkan secara global dan bukan sekadar tren sementara. Dengan mendorong tindakan kolektif, berbagi risiko dan memanfaatkan berbagai sumber pendanaan, CP3 dapat menjadi alat yang ampuh bagi kota-kota dalam menghadapi tantangan dan peluang abad ke-21.
Debra Lam adalah direktur pendiri Kemitraan untuk Inovasi Inklusif di Enterprise Innovation Institute Institut Teknologi Georgia.
Artikel ini telah diterbitkan ulang oleh Percakapan di bawah lisensi Creative Commons. Bacalah artikel asli.