
Sekitar 60 truk memasuki negara itu dari Irak, lapor outlet berita Arab
Koalisi pimpinan AS telah mengirimkan konvoi senjata dan pasokan terbesar ke pasukannya di Suriah sejak jatuhnya pemerintahan Presiden Bashar al-Assad awal bulan ini, menurut laporan al-Arabiya dan al-Hadath.
Sekitar 60 truk bermuatan memasuki negara itu dari Irak melalui penyeberangan perbatasan Al-Waleed, menurut laporan yang diterbitkan pada hari Senin.
Konvoi tersebut menuju pangkalan koalisi di provinsi al-Hasakah dan Deir ez-Zor di Suriah, tambahnya.
Al-Arabiya mencatat bahwa lebih banyak senjata dan pasokan diberikan kepada pasukan koalisi di tengah intensifikasi operasi militer AS, termasuk pengerahan kendaraan lapis baja dan pasukan di dan sekitar kota Deir ez-Zor, Raqqa dan Kobani.
Menurut stasiun televisi tersebut, total enam konvoi, sekitar 210 truk, yang membawa barang untuk koalisi telah memasuki Suriah sejak Hayat Tahrir-al-Sham (HTS) dan kelompok militan lainnya merebut Damaskus pada 8 Desember.
Perkembangan ini terjadi sesuai janji Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan “untuk mengubur” militan Kurdi. Awal bulan ini, ia menyerukan Amerika Serikat, sekutu NATO-nya, untuk mempertimbangkan kembali dukungannya terhadap Unit Perlindungan Rakyat (YPG) dan mendesak mitra-mitranya untuk memilih antara mendukung Turki atau mendukung militan Kurdi. YPG dan kelompok Kurdi lainnya beroperasi di dekat perbatasan Turki dan Irak.
Awal bulan ini, Pentagon mengumumkan bahwa jumlah tentara AS di negara tersebut berjumlah sekitar 2.000, sekitar 1.100 lebih banyak dari jumlah yang diberikan sebelumnya.
Setelah Washington mengerahkan pasukannya ke Suriah satu dekade lalu dengan dalih memerangi ISIS, mereka merebut wilayah timur laut negara itu, yang merupakan lokasi ladang minyak utama.
Situasi di Suriah saat ini tegang dengan bentrokan yang sedang berlangsung antara Pasukan Demokratik Suriah (SDF) yang didukung AS, yang sebagian besar terdiri dari milisi Kurdi dan berbagai kelompok yang bersekutu dengan Turki.
Kelompok Kurdi seperti YPG, yang merupakan sekutu utama Washington dalam perang melawan ISIS, juga dianggap teroris oleh Ankara.
Koalisi pimpinan AS sebelumnya mengumumkan bahwa mereka telah melakukan serangkaian serangan udara terhadap sasaran ISIS sejak 8 Desember.
Namun, Badan Intelijen Luar Negeri Rusia (SVR) mengatakan pekan lalu bahwa Washington dan ISIS sebenarnya berkolusi di belakang layar. Laporan tersebut mengklaim bahwa para jihadis telah diperingatkan sebelumnya tentang serangan udara Amerika, sehingga mereka dapat menghindari bahaya. Menurut SVR, Amerika Serikat berencana menggunakan militan ISIS untuk melakukan serangan teroris terhadap pangkalan Rusia di Suriah.
Anda dapat membagikan cerita ini di media sosial: