Reformasi ketenagakerjaan Jepang baru-baru ini, yang diterapkan pada bulan April 2024, memberikan dampak positif pada industri pengemasan global.

Dengan mengatasi kekurangan tenaga kerja yang kronis di negara ini, kebijakan-kebijakan ini mengubah operasi rantai pasokan, dengan implikasi yang signifikan terhadap sektor-sektor yang banyak bergerak di bidang logistik seperti pengemasan.

Reformasi yang bertujuan untuk membatasi kerja berlebihan dan meningkatkan keseimbangan kehidupan kerja mencakup pembatasan jam lembur yang lebih ketat dan dorongan nasional untuk otomatisasi. Meskipun perubahan ini disambut baik oleh para pekerja, hal ini telah menciptakan hambatan logistik di industri yang bergantung pada transportasi tepat waktu, seperti pengemasan.

Para profesional di bidang pengemasan melaporkan keterlambatan pengiriman bahan dan gangguan pada proses manufaktur just-in-time (JIT) yang mendominasi pasar Jepang. Banyak perusahaan pengemasan berupaya menyesuaikan jadwal dan mendapatkan penyedia logistik alternatif.

Jepang, pemimpin dalam solusi pengemasan berteknologi tinggi dan inovatif, sedang mengalami perlambatan dalam aktivitas ekspor. Mulai dari bahan yang dapat didaur ulang hingga produk kemasan cerdas, keterlambatan dalam menjangkau pasar internasional mencoreng reputasi keandalan negara tersebut.

Di dalam negeri, meningkatnya tekanan pada jaringan logistik telah menyebabkan tingginya biaya pengiriman dan pergudangan, sehingga menantang perusahaan pengemasan untuk mempertahankan harga yang kompetitif.

Bagi perusahaan internasional yang mengimpor bahan kemasan dari Jepang, penundaan ini menyebabkan penundaan proyek, memerlukan alternatif sumber daya, atau memperpanjang waktu pengerjaan.

Menanggapi tantangan ini, perusahaan pengemasan berinvestasi dalam otomatisasi dan solusi digital untuk menyederhanakan operasional.

Reformasi tersebut telah mempercepat penerapan kendaraan pengiriman otonom, sistem penyortiran robotik, dan perencanaan logistik bertenaga AI untuk mengatasi kekurangan tenaga kerja.

Namun, usaha pengemasan kecil dan menengah menghadapi hambatan dalam menerapkan teknologi tersebut karena kendala biaya. Asosiasi industri mendesak pemerintah untuk memberikan subsidi dan pelatihan untuk memudahkan transisi ini dan mencegah gangguan jangka panjang.

Para profesional pengemasan yang bekerja dengan mitra Jepang harus bersiap menghadapi gejolak rantai pasokan yang berkelanjutan seiring dengan penerapan penuh reformasi. Menetapkan rencana darurat, membangun hubungan dekat dengan penyedia logistik, dan mendiversifikasi pemasok merupakan strategi penting.

Selain itu, memahami dampak yang lebih luas dari upaya otomasi Jepang dapat memberikan wawasan mengenai tren yang mungkin mempengaruhi industri pengemasan global dalam waktu dekat.

Source link