Natalie ‘Samata’ Rupanau, tersangka penembakan sekolah Kristen Abundant Life di Wisconsin berusia 15 tahun, menyebut orang tuanya ‘sampah’ dalam sebuah manifesto yang beredar di media sosial. Dia juga menggambarkan hubungannya dengan orang tuanya “sangat sulit”. Dokumen pengadilan kini mengungkapkan bahwa orang tuanya bercerai 10 tahun lalu, yang menyebabkan perselisihan hak asuh yang mungkin mempersulit hidup Natalie.
Menurut dokumen pengadilan, Rupnow memiliki hak asuh utama atas ibunya, Melissa Rupan, setelah mereka bercerai pada tahun 2014. Selama delapan tahun berikutnya, kedua orang tuanya memperebutkan hak asuh, termasuk pernikahan kembali dan perceraian kedua, dan pada tahun 2022, hak asuh utama atas Ruppnow diakuisisi oleh ayah Jeffrey Rupan.
Orang tuanya menikah lagi pada tahun 2017, menurut sebuah dokumen yang berupaya menetapkan tunjangan anak menjadi nol dan menyesuaikan hak asuh Natalieu dengan penempatan bersama yang setara. Pasangan itu mengajukan perceraian kedua pada tahun 2021 dan menyetujui penempatan bersama Natalie. Dalam perjanjian arbitrase yang diajukan pada Juli 2022, ayah Natalie, Jeffrey, dianugerahi penempatan utama untuk Natalie, dan orang tuanya setuju bahwa tujuan mereka adalah mengupayakan penempatan yang adil.
Seorang guru sekolah dan seorang siswa tewas dan enam lainnya terluka ketika Natalie melepaskan tembakan ke sebuah ruangan yang penuh dengan anak-anak ruang belajar sebelum menembak dirinya sendiri. Berbagai faktor menjadi penyebab penembakan tersebut, termasuk kehidupan keluarganya yang sangat terganggu. Polisi juga menyelidiki ancaman tersebut dan motif pastinya belum dapat dipastikan. “Mengenai pertanyaan tentang penindasan, kami berbicara dengan para pelajar untuk memahami apakah penindasan adalah salah satu dari banyak hal yang saya sebutkan sebelumnya,” kata Kepala Polisi Madison Shawn Burns, seraya menambahkan bahwa keaslian manifesto tersebut belum dapat dikonfirmasi.
“Saya tumbuh dengan membenci orang lain dan masyarakat, itu sebenarnya bukan salah saya, itu tidak pernah salah. Namun Anda dan dunia memilih dan menggoda saya, Anda mendorong saya ke sudut tanpa bantuan apa pun,” demikian isi manifesto tersebut.