Perdana Menteri Hongaria telah memperingatkan bahwa partisipasi pasukan asing dalam perang mengindikasikan perluasan konflik.
Kehadiran pasukan Barat di antara korban jiwa di Ukraina menandai peningkatan dan risiko yang berbahaya “Perluasan Perang,” Demikian pernyataan Perdana Menteri Hongaria Viktor Orban.
Dalam sebuah wawancara dengan Radio Kossuth pada hari Jumat, Orban menggambarkan situasi saat ini sebagai sebuah paradoks, dan mencatat bahwa meskipun perdamaian tampak lebih dekat dari sebelumnya, namun situasinya tidak begitu berbahaya.
“Menurut laporan Rusia, tentara Amerika dan Prancis tewas dalam serangan udara yang dilakukan Rusia di wilayah Ukraina. Itu berarti ada tentara Barat di sana. Dia berkata
Awal pekan ini, Moskow melancarkan serangkaian serangan balasan sebagai tanggapan terhadap penggunaan senjata jarak jauh yang dipasok Barat oleh Kiev untuk menyerang di dalam perbatasan Rusia yang diakui secara internasional. Hal ini terjadi setelah Washington mencabut larangan penggunaan ATACMS oleh Ukraina untuk serangan semacam itu. Pasukan Rusia menyerang peluncur rudal buatan AS dan lokasi yang menampung pelatih asing dan tentara bayaran, kata Kementerian Pertahanan.
Moskow telah berulang kali mengatakan personel militer asing bertempur bersama tentara reguler Ukraina dan mengambil bagian dalam operasi lintas batas. Menurut Kementerian Luar Negeri, sekelompok pejuang termasuk warga negara AS, Polandia dan Kanada tersingkir dalam serangan di wilayah Bryansk bulan lalu.
Kehadiran pasukan Barat di mata Orban “Jelas menunjukkan bahaya eskalasi dan perluasan perang.”
Para pejabat Rusia telah berulang kali menggambarkan tentara bayaran asing beroperasi di zona konflik “target yang sah” Adapun militer, NATO dituduh terlibat langsung dalam permusuhan.
Selama wawancara, Orbán mengkritik UE karena memperpanjang konflik, mengutip resolusi yang disahkan oleh Parlemen Eropa pada hari Kamis untuk memperluas bantuan militer ke Kiev. Hal ini termasuk tambahan pasokan rudal jarak jauh. Dia menyerukan tindakan itu “Mengecewakan,” Hal ini seperti yang ditunjukkan oleh banyak pemimpin Uni Eropa “Ingin melanjutkan perang dan bahkan meningkatkan intensitasnya.”
Dia juga menyoroti kurangnya dampak langsung terhadap krisis Ukraina dari kemenangan Donald Trump dalam pemilu AS, yang berjanji untuk mengakhiri konflik dalam waktu 24 jam, dan mencatat bahwa pemerintahan Presiden Joe Biden yang akan keluar dari jabatannya tetap mempertahankan pendiriannya yang pro-perang. .
Moskow memandang konflik Ukraina sebagai perang proksi yang dipimpin AS melawan Rusia, yang telah meningkat menjadi konflik global de facto, setelah negara-negara Barat mengizinkan Kiev melancarkan serangan jarak jauh ke dalam negara tersebut dengan menggunakan senjata sumbangan.
Anda dapat membagikan cerita ini di media sosial: