Pakistan mengatakan pemerintah Taliban telah menolak undangan pertemuan puncak mengenai pendidikan anak perempuan

Pakistan mengatakan pada hari Sabtu pemerintahan Taliban Afghanistan Dia tidak menghadiri KTT Global tentang Pendidikan Anak Perempuan di Dunia Muslim yang diadakan di Islamabad.
“Kami mengirimkan undangan ke Afghanistan, namun tidak ada seorang pun dari pemerintah Afghanistan yang hadir dalam konferensi tersebut,” kata Menteri Pendidikan Khalid Maqbool Siddiqui kepada kantor berita AFP.
“Namun, perwakilan dari berbagai organisasi yang didedikasikan untuk anak perempuan Pendidikan di Afganistan Mereka akan berpartisipasi dalam program ini,” katanya.
Badan PBB tersebut mengatakan tahun lalu bahwa Taliban dengan sengaja melarang 1,4 juta anak perempuan Afghanistan bersekolah melalui larangan tersebut. Afghanistan adalah satu-satunya negara yang melarang pendidikan menengah dan tinggi bagi perempuan.
Taliban, yang mengambil alih kekuasaan pada tahun 2021, melarang pendidikan bagi anak perempuan di atas kelas enam karena dianggap tidak sesuai dengan interpretasi mereka terhadap Syariah atau hukum Islam. Mereka belum menghentikannya untuk anak laki-laki, dan mereka tidak menunjukkan indikasi mengambil langkah-langkah yang diperlukan untuk membuka kembali ruang kelas dan kampus bagi anak perempuan dan perempuan.
Unesco mengatakan setidaknya 1,4 juta anak perempuan dengan sengaja tidak diberi akses terhadap pendidikan menengah sejak pengambilalihan tersebut, meningkat 300.000 dari perhitungan sebelumnya pada April 2023, dengan semakin banyak anak perempuan yang mencapai batas usia 12 tahun setiap tahunnya.
Sebuah badan PBB telah memperingatkan bahwa pihak berwenang telah “hampir menghapuskan” kemajuan yang stabil dalam bidang pendidikan selama dua dekade di Afghanistan. “Masa depan seluruh generasi kini dipertaruhkan,” tambahnya. Afghanistan akan memiliki 5,7 juta anak perempuan dan laki-laki yang bersekolah di sekolah dasar pada tahun 2022, dibandingkan dengan 6,8 juta pada tahun 2019.
UNESCO mengatakan penurunan angka partisipasi sekolah adalah akibat dari keputusan Taliban yang melarang guru perempuan mengajar anak laki-laki, namun juga bisa disebabkan oleh kurangnya insentif bagi orang tua untuk menyekolahkan anak-anak mereka di tengah iklim ekonomi yang semakin sulit.
Sementara itu, pemenang Hadiah Nobel Perdamaian Malala Yousaf Joy juga menghadiri program yang diselenggarakan oleh Pakistan. Malala hampir dibunuh oleh militan ketika dia masih bersekolah.
Yousafzai dievakuasi dari negara itu pada tahun 2012 setelah dia ditembak oleh Taliban Pakistan, yang membenci aktivismenya, dan sejak itu dia hanya kembali ke negara itu beberapa kali.



Source link