

Selama bertahun-tahun, Abu Muhammad al-Zolani Dikenal sebagai tokoh bayangan yang memimpin cabang al-Qaeda Suriah. Sebagai seorang wirausaha Front Al-Nusra (ANF), kelompoknya ditetapkan oleh Amerika Serikat pada tahun 2013 sebagai ideologi teroris, taktik brutal dan identik dengan entitas teroris global. Namun saat ini, Zolani memproyeksikan gambaran yang sangat berbeda, yaitu menempatkan dirinya sebagai pemimpin de facto basis pemberontak di Suriah. .
Lahir sebagai Ahmed al-Shara di Damaskus pada tahun 1982, asal usul Zolani jauh dari kepribadian jihadi yang kemudian ia kembangkan. Dibesarkan di distrik kaya Mazzeh di ibu kota Suriah, ia unggul secara akademis dan berasal dari latar belakang yang memiliki hak istimewa. Namun, periode pasca 11/9 menandai titik balik.
Tertarik pada ideologi jihad, ia bergabung dengan al-Qaeda di Irak, dan akhirnya bertemu dengan pemimpin terkenalnya, Abu Musab al-Zarqawi.
Pada tahun 2011, ketika protes Musim Semi Arab di Suriah berkembang menjadi perang saudara, Zolani kembali ke tanah airnya untuk mendirikan Front al-Nusra. Di bawah kepemimpinannya, kelompok tersebut berjanji setia kepada al-Qaeda, dan menjadi salah satu faksi paling berbahaya dalam konflik Suriah yang terpecah. Namun, hubungan Zolani dengan al-Qaeda mulai memburuk.
Pada tahun 2016, ia mengumumkan pemisahan kelompoknya dari al-Qaeda, mengubah nama kelompok tersebut menjadi Jabhat Fath al-Sham Dan kemudian Hayat Tahrir al-Sham (HTS).
Dari Teroris hingga Politisi
Perubahan ini menandai awal dari upaya Zola untuk melunakkan citranya. Meski pemerintah negara-negara Barat masih mengklasifikasikan HTS sebagai organisasi teroris, Zolani telah mengambil langkah untuk menampilkan dirinya sebagai sosok yang lebih moderat.
Sorban masa lalunya yang militan telah digantikan oleh seragam militer atau celana khaki sederhana. Retorikanya telah berubah dari pidato jihad yang berapi-api menjadi pragmatisme politik.
Dalam upaya untuk mempertahankan HTS sebagai kekuatan penguasa yang sah di Idlib yang dikuasai pemberontak, Zolani mengawasi pembentukan pemerintahan sipil, sehingga menciptakan kemiripan pemerintahan di provinsi yang dilanda perang tersebut. Dia berbicara kepada umat Kristen di Aleppo dengan janji keselamatan dan keamanan di bawah rezim HTS untuk mencoba menghilangkan ketakutan di kalangan komunitas minoritas.
Kemunculannya di CNN awal tahun ini menandai momen penting dalam perjalanan rebrandingnya. Berbicara tentang evolusi pribadi, Zolani berkata, “Seseorang yang berusia dua puluhan memiliki kepribadian yang berbeda dibandingkan seseorang yang berusia tiga puluhan atau empat puluhan. Itu sifat manusia.”
Namun, banyak yang memandang transisi ini dengan curiga, dengan alasan bahwa ini adalah upaya yang diperhitungkan untuk mendapatkan legitimasi internasional.
Seorang radikal yang ‘pragmatis’
Kepemimpinan Zolani bersifat polarisasi. Meskipun ia menjauhkan diri dari al-Qaeda dan ambisi globalnya, HTS terus menghadapi tuduhan pelanggaran hak asasi manusia di wilayahnya. Banyak yang menggambarkan Zolani sebagai seorang “radikal pragmatis” yang peka terhadap perubahan dinamika konflik Suriah.
Serangan tersebut, yang dimulai dengan perebutan mendadak wilayah utara Aleppo, dengan cepat berubah menjadi serangkaian kemenangan spektakuler bagi para pemberontak. Kota-kota tersebut jatuh dengan cepat karena pasukan Assad gagal mempertahankan wilayahnya. Perebutan strategis Homs memisahkan Damaskus dari wilayah pesisir yang didominasi Alawi, tempat sekutu Assad, Rusia, mempertahankan pangkalan udara dan angkatan laut yang penting.
Pemberontak tiba-tiba maju dan akhirnya merebut ibu kota Suriah, Damaskus Bashar al-Assad24 tahun pemerintahan.