Swedia dan Norwegia mundur dari upaya menjadi masyarakat tanpa uang tunai di tengah kekhawatiran bahwa sistem pembayaran digital dapat dieksploitasi oleh Rusia.
Meskipun Swedia diperkirakan tidak akan memiliki uang tunai pada tahun 2025, invasi Vladimir Putin ke Ukraina pada tahun 2022 telah menyebabkan peningkatan serangan siber dari kelompok pro-Rusia, sehingga negara Skandinavia tersebut memikirkan kembali cara orang Swedia membayar barang dan jasa.
Kementerian Pertahanan Swedia kini menyarankan masyarakat untuk menggunakan uang tunai secara teratur dan menyimpan persediaan uang setidaknya untuk seminggu dalam denominasi yang berbeda.
Hal ini juga mendorong masyarakat untuk menggunakan berbagai bentuk pembayaran, seperti kartu bank dan layanan pembayaran digital.
Nasihat pemerintah tersebut akan dituangkan dalam brosur yang akan dikirimkan ke setiap rumah pada bulan depan dengan judul ‘Jika Krisis atau Perang Datang’.
Foto jarak dekat dari tangan wanita yang menggunakan ponsel pintarnya untuk memindai dan membayar tagihan di restoran pada siang hari
Meskipun Swedia diperkirakan tidak akan memiliki uang tunai pada tahun 2025, invasi Vladimir Putin ke Ukraina pada tahun 2022 telah menyebabkan peningkatan serangan siber dari kelompok pro-Rusia, sehingga negara Skandinavia tersebut memikirkan kembali cara orang Swedia membayar barang dan jasa.
Kementerian Pertahanan Swedia kini menyarankan masyarakat untuk menggunakan uang tunai secara teratur
‘Jika Anda dapat membayar dengan beberapa cara berbeda, Anda dapat memperkuat kesiapan Anda’, demikian isi pamflet tersebut.
Sementara itu, Norwegia mengikuti jejak negara tetangganya, dengan bulan ini pemerintah mengeluarkan undang-undang yang melarang pengecer untuk tidak menerima uang tunai.
Kementerian Keamanan Publik Norwegia mengatakan pihaknya ‘merekomendasikan setiap orang untuk menyimpan uang tunai karena kerentanan solusi pembayaran digital terhadap serangan dunia maya’ karena ‘meningkatnya ketidakstabilan global akibat perang, ancaman digital, dan perubahan iklim’.
Langkah-langkah yang diambil oleh Norwegia dan Swedia ini dilakukan setelah bahaya dari masyarakat tanpa uang tunai (cashless society) terungkap pada musim panas ketika kesalahan teknologi memicu ‘kehancuran TI terbesar di dunia’.
Dalam kondisi yang disebut sebagai ‘pandemi digital’, kesalahan dalam pembaruan perangkat lunak memicu kekacauan global ketika komputer-komputer di toko, bank, dan rumah sakit rusak.
Secara terpisah, Google harus mendesak para penggunanya untuk selalu memperbarui perangkat lunaknya setelah menemukan serangan siber selama sembilan bulan yang dikaitkan dengan mata-mata Rusia.
Peneliti keamanan siber Google menyatakan bahwa ada kekhawatiran yang lebih luas bahwa bentuk serangan ini kemungkinan besar akan ditiru, tidak hanya oleh peretas yang disponsori negara Rusia namun juga oleh tim terlatih yang menggunakan alat spyware yang sama.