Kuba kemudian kembali mengalami pemadaman listrik yang melumpuhkan pada Rabu pagi Pabrik Termoelektrik Antonio GuiterasPembangkit listrik terbesar di pulau itu mati sekitar pukul 02.00 (waktu setempat), sehingga mengakibatkan pemadaman listrik secara nasional.
Ini menandai pemadaman listrik besar ketiga hanya dalam dua bulan, menyoroti krisis energi dan keuangan yang semakin parah di negara ini.
Menurut Kementerian Energi dan Pertambangan Kuba, kegagalan pembangkit listrik tersebut secara otomatis memutus jaringan listrik nasional, menyebabkan lebih dari 10 juta penduduk pulau tersebut tanpa listrik.
Pemadaman listrik ini merupakan pukulan besar bagi Havana, di mana, seperti yang dilaporkan oleh seorang saksi Reuters, sebagian besar lingkungan berada dalam kegelapan kecuali lampu-lampu yang tersebar di hotel-hotel besar dan gedung-gedung pemerintah.
Laporan dari media sosial mengindikasikan pemadaman listrik meluas di seluruh negeri, namun konfirmasi resmi mengenai sejauh mana pemadaman listrik masih menunggu.
Menteri Energi Vicente de la O Levy, dalam pidatonya di televisi, mengatakan pemerintah berupaya menyambung kembali jaringan listrik dan berjanji layanan akan pulih pada hari Kamis. Dia mengklarifikasi bahwa tidak ada kerusakan pada pembangkit listrik lain yang beroperasi dan pemadaman tersebut disebabkan oleh infrastruktur pembangkit listrik berbasis minyak Kuba yang menua.
Kegagalan yang berulang-ulang memicu depresi
Pabrik Antonio Guiteras di provinsi Matanzas merupakan pusat tantangan energi Kuba yang sedang berlangsung. Pembangkit listrik tersebut telah mengalami beberapa kali kerusakan dalam beberapa bulan terakhir, termasuk pemadaman listrik selama empat hari pada bulan Oktober yang membekukan pulau tersebut.
Hal ini diperburuk dengan siklon Oscar dan Raphael, yang semakin merusak jaringan listrik yang rapuh.
Menurut kantor berita AFP, kegagalan ini diperburuk dengan menurunnya impor energi dari sekutu tradisional seperti Venezuela, Rusia dan Meksiko, karena pembangkit listrik Kuba yang sudah ketinggalan zaman kesulitan untuk beroperasi. Kekurangan bahan bakar telah menghambat kinerja pembangkit listrik terapung yang disewa dari Turki, yang terhubung ke jaringan listrik.
Tekanan ekonomi dan kebencian masyarakat
Pemadaman listrik ini memperburuk keadaan ekonomi Kuba, yang digambarkan sebagai yang terburuk sejak jatuhnya Uni Soviet. Inflasi, kekurangan pangan dan bahan bakar, serta menurunnya daya beli telah memaksa ribuan orang meninggalkan negara tersebut dalam beberapa tahun terakhir.
Krisis energi tidak hanya berdampak pada rumah tangga tetapi juga mengganggu sekolah dan bisnis, memaksa pihak berwenang untuk menghentikan layanan yang tidak penting di Havana pada hari Rabu.
Osnel Delgado, penari kontemporer dari Havana, mengungkapkan rasa frustrasi yang dialami banyak orang Kuba.
“Pemadaman listrik yang terus-menerus membuat kita sulit untuk termotivasi. Rasanya seperti lingkungan menentang kita,” katanya kepada AFP. Protes meletus bulan lalu sebagai respons terhadap pemadaman listrik yang berulang kali, dan banyak yang menyerukan tindakan segera dari pemerintah.
Jaringan yang bermasalah dan solusi alternatif
Delapan pembangkit listrik termoelektrik Kuba, termasuk Antonio Guiteras, mengandalkan teknologi ketinggalan jaman dan minyak mentah impor. Negara ini memproduksi setengah dari minyaknya sendiri, namun kesulitan mendapatkan sisanya karena sanksi AS dan harga impor yang tinggi.
Upaya sedang dilakukan untuk beralih ke sumber energi alternatif. Menurut AP, Kuba sedang membangun 31 pembangkit listrik tenaga surya untuk mengurangi ketergantungannya pada pembangkit listrik berbahan bakar minyak. Namun, proyek-proyek ini sepertinya tidak akan mampu mengatasi krisis yang terjadi dalam waktu dekat.
Bangunan-bangunan di Havana, Kuba saat terjadi pemadaman listrik setelah jaringan listrik di negara itu runtuh. (Kredit gambar: Reuters)