Beranda Berita Selamat tinggal Joe: Presiden Biden mengakhiri karir 50 tahunnya dengan pidato yang fasih

Selamat tinggal Joe: Presiden Biden mengakhiri karir 50 tahunnya dengan pidato yang fasih

0
Selamat tinggal Joe: Presiden Biden mengakhiri karir 50 tahunnya dengan pidato yang fasih

Selamat tinggal Joe: Presiden Biden mengakhiri karir 50 tahunnya dengan pidato yang fasih

Joe BidenKehidupan politik kita adalah pengembaraan besar yang penuh dengan ketahanan, tragedi, dan transformasi. Keputusannya baru-baru ini untuk keluar dari balapan tahun 2024 menandai akhir yang tajam dari warisan yang dibangun di atas ketabahan dan tekad. David Ignatius dengan tepat menggambarkan kegigihan Biden sebagai “salah satu kekuatan supernya,” suatu sifat yang membuatnya bertahan dalam perjuangan namun mungkin menghalanginya untuk menyadari bahwa waktunya telah habis—seperti seorang kakek pemarah yang menolak menyerahkan kuncinya.
Tragedi dan kemenangan telah menentukan jalan Biden.

Pembaruan Kesehatan Saif Ali Khan

Setelah kehilangan istri dan putrinya dalam kecelakaan mobil tak lama setelah kemenangannya di Senat, ia bertahan di Senat selama 36 tahun, menghadapi tantangan pribadi dan politik. Masa jabatannya mencakup undang-undang penting seperti Undang-Undang Kekerasan Terhadap Perempuan dan RUU Kejahatan tahun 1994. Sebagai ketua Komite Hubungan Luar Negeri Senat, Biden menjebak AS Kebijakan luar negeriMemperdebatkan intervensi di Balkan, mendukung Israel dan mempromosikan non-proliferasi nuklir.
Di sebelahnya adalah jabatan wakil presiden Biden Barrack Obama Tonggak sejarah lainnya, di mana ia memainkan peran penting dalam Undang-Undang Pertahanan Terjangkau dan perjanjian nuklir Iran. Kemenangannya sebagai presiden pada tahun 2020 memperkuat warisannya tetapi dirusak oleh tantangan seperti penarikan diri dari Afghanistan.
Sebagai bukti perubahan Overton Window di Amerika, karier Biden telah berkembang dari menentang apartheid menjadi mendukung pernikahan sesama jenis. Warisannya adalah permadani kontradiksi, kemenangan dan semangat kemanusiaan yang abadi, mengingatkan kita pada seorang pemimpin yang berjuang sampai akhir.

Pidato lengkap: Pidato perpisahan Presiden Joe Biden kepada bangsa

Inilah pidato terakhirnya, yang diterjemahkan:

Kemenangan diplomasi yang rapuh

Pada saat pembukaan pidatonya, Biden menyampaikan pengumuman tentang gencatan senjata yang ketat antara Israel dan Hamas. Ini bukan momen untuk memberi selamat pada diri sendiri, tapi pembenaran diam-diam atas kerja keras di balik layar. Diplomasi. Ini adalah pengingat bahwa kemajuan, tidak peduli seberapa lambat atau tidak pastinya, dapat dicapai melalui ketekunan dan komunikasi. Gencatan senjata bukan sekedar kemenangan; Ini adalah metafora atas apa yang coba diciptakan oleh kepresidenannya—kemampuan yang kokoh di masa-masa penuh gejolak.

Bayangan Teknologi yang Meningkat

Saat dia mencerminkan kekuatan kecerdasan buatanKata-kata Biden mencerminkan seseorang yang telah melihat kemajuan sebagai senjata sebelumnya. AI bukan sekedar alat untuk kenyamanan, katanya, tapi sebuah kekuatan yang dapat mengubah bentuk umat manusia. Ia memperingatkan tentang “kompleks industri teknologi” dan bahaya misinformasi, disinformasi, dan erosi kebenaran. Ini bukanlah peringatan yang tidak masuk akal dari seorang futuris—ini adalah permohonan dari seorang negarawan yang mengetahui bahwa teknologi, jika tidak dikendalikan, dapat menjadi alat penindasan dan bukannya kebebasan.

Lapangan bermain yang tidak rata

Untuk mengenang para baron perampok, Biden mengalihkan pandangannya ke dalam konsentrasi kekayaan dan kekuasaan yang mendefinisikan Amerika modern. Dia berbicara bukan dengan retorika perang kelas yang berapi-api, namun dengan keyakinan teguh sebagai orang yang percaya pada keadilan. Aturan ini berlaku untuk semua orang mulai dari pekerja pabrik hingga miliarder teknologi. Dalam pandangannya, Amerika bukanlah sebuah zero-sum game, melainkan sebuah negara di mana setiap orang, terlepas dari garis start mereka, berhak mendapatkan kesempatan yang adil.

Sebuah Bangsa dalam Keseimbangan

Perubahan iklim, yang sudah lama dianggap sebagai masalah jangka panjang, kini menjadi fokus perhatian sebagai ancaman nyata yang telah mengubah kehidupan. Biden telah membingkai kebijakan iklimnya bukan sebagai beban regulasi, namun sebagai investasi di masa depan di mana lapangan kerja dan keberlanjutan hidup berdampingan. Inisiatif energi bersih yang dilakukan pemerintahannya bukan sekadar kebijakan—ini adalah bukti bahwa Amerika dapat memimpin dengan memberi contoh. Namun, nada suaranya yang mendesak menandakan beratnya tugas yang belum selesai, bahwa waktu terus berjalan dan pertarungan telah berakhir.

Penjaga Api

Di bagian paling pedih dari pidatonya, Biden kembali Patung Kebebasan. Baginya, dia bukan hanya sebuah monumen, tapi sebuah alegori. Obornya, yang dipoles oleh tangan-tangan tak terlihat, melambangkan kekuatan abadi cita-cita Amerika—sebuah mercusuar harapan bagi mereka yang percaya pada kebebasan. Sosoknya yang bergoyang dalam menghadapi badai mencerminkan ketangguhan sebuah bangsa yang tidak pernah patah atau patah. Kata-kata terakhir Biden bukan sekedar perpisahan, tapi seruan kepada setiap warga Amerika untuk menjaga nyala api tersebut, membiarkan cahayanya menjangkau lebih jauh dari sebelumnya.



Source link