Ratusan migran membentuk karavan dan memulai perjalanan mereka dengan berjalan kaki dari kota Tapachula di Meksiko pada hari Rabu, dengan tujuan mencapai perbatasan AS sebelum Presiden terpilih Donald Trump menjabat pada bulan Januari, yang telah berjanji akan melakukan deportasi massal.
“Mentalitas saya adalah untuk mencapainya, saya ingin janji (suaka) saya sebelum dia (Trump) menjabat,” kata warga Kolombia Yamel Enriquez kepada AFP, menambahkan, “Jika saya tidak mendapatkan janji sebelum itu, saya akan melakukan apa pun. .Insya Allah.”
Sekelompok sekitar 1.500 orang berangkat saat fajar dan memulai perjalanan sekitar 2.600 kilometer.
Karavan migran telah terbentuk sejak tahun 2018, yang merupakan harapan terakhir bagi mereka yang tidak mampu membayar para penyelundup. Bepergian sendiri atau dalam kelompok kecil sering kali berujung pada penahanan oleh pihak berwenang, yang mengirim migran kembali ke Meksiko selatan atau mendeportasi mereka ke negara asal mereka. Sebaliknya, karavan besar menawarkan keamanan dalam jumlah besar, sehingga menyulitkan agen imigrasi untuk menahan seluruh kelompok, lapor AP.
Donald Trump, yang pemilihannya sangat dipengaruhi oleh kekhawatiran mengenai imigrasi ilegal, telah berjanji untuk mengumumkan keadaan darurat nasional atas keamanan perbatasan dan mengerahkan militer AS untuk mendeportasi imigran tidak berdokumen secara massal.
Dengan perkiraan 11 juta orang yang tinggal di Amerika Serikat secara ilegal, Trump telah memicu ketakutan dengan menyebut imigrasi sebagai sebuah “invasi”, yang menunjukkan bahwa imigran menimbulkan ancaman kekerasan terhadap orang Amerika.