Selama masa Natal ini, ketika jutaan orang merenungkan kisah Kelahiran Yesus, ada baiknya mengingat Maria, Bunda Yesus, dan pesan abadi yang disampaikan dalam hidupnya. Tuhan memilih remaja Yahudi miskin yang tampaknya biasa-biasa saja dari desa kecil Nazareth ini untuk memainkan peran penting dalam sejarah keselamatan. Kisah Maria mengungkap kebenaran mendalam tentang kekuatan iman yang transformatif dan kekuatan abadi yang ditemukan dalam pelayanan dan kerendahan hati.

Berdasarkan konteks budaya dan sejarah, para ahli memperkirakan bahwa Maria mungkin masih remaja, berusia antara 12 dan 16 tahun. Pelarian Maria dan Yusuf ke Mesir setelah kelahiran Yesus (Matius 2:13-15) menunjukkan bahwa Maria mengalami kehidupan sebagai pengungsi. Setelah kunjungan orang Majus, Raja Herodes memerintahkan pembantaian anak-anak laki-laki di Betlehem untuk menghilangkan ancaman “raja baru” (Matius 2:16). Diperingatkan dalam mimpi, Yusuf melarikan diri bersama Maria dan Yesus ke Mesir. Maria dan Yusuf hidup di bawah pemerintahan Romawi yang menindas. Alkitab dengan tegas menyiratkan bahwa Maria dan Yusuf adalah orang-orang yang berkecukupan, atau bahkan miskin sama sekali. Ketika mereka mempersembahkan Yesus di bait suci (Lukas 2:22-24), mereka mempersembahkan “sepasang merpati atau dua ekor anak merpati” sebagai kurban. Persembahan ini diperbolehkan berdasarkan hukum Musa bagi mereka yang tidak mampu membeli seekor domba (Imamat 12:8), yang menunjukkan keterbatasan keuangan.

Pilihan Allah atas Maria tidak didasarkan pada kebaikan manusia, melainkan berdasarkan kehendak dan anugerah Allah yang berdaulat. Dalam Lukas 1:28, malaikat Gabriel menyapa Maria dengan kata-kata: “Salam, hai yang dikasihi! Tuhan menyertaimu.” Nubuatan: “Seorang anak dara akan mengandung dan melahirkan seorang anak laki-laki dan dia akan diberi nama Imanuel.” Keperawanan dan garis keturunan Maria (sebagai keturunan Daud) menggenapi nubuatan mesianis ini. Maria memiliki kepribadian dan teladan suci yang dicari Tuhan, dan dia memiliki kemampuan untuk menyaksikan kebrutalan penyaliban sementara orang lain menyaksikan atau melarikan diri. Tuhan tahu bahwa Maria mempunyai iman untuk tetap berada di sisi Yesus.

Teladan kerendahan hati dan iman

Pengaruh Mary melampaui agama Kristen, menjembatani perpecahan dan memupuk rasa hormat antar agama.

Dalam tradisi Yahudi, perempuan membentuk kehidupan rohani anak-anak mereka. Sebagai guru pertama Yesus, Maria membimbingnya dalam praktik Yahudi seperti doa, hukum makanan, dan cerita dari Taurat. Maria menjadi teladan hidup benar yang pertama bagi-Nya, yang mewujudkan Halacha, prinsip-prinsip panduan hukum Yahudi.

Kehidupannya mencerminkan nilai-nilai keadilan, kebaikan, dan pengabdian yang menjadi inti iman Yahudi.

Bagi umat Kristiani, Maria dihormati sebagai Bunda Allah (Bunda Tuhan) dan murid pertama Kristus. Jawaban “ya” terhadap rencana Allah adalah landasan sejarah keselamatan, dan kehadiran-Nya yang tak tergoyahkan di kayu salib melambangkan pemuridan dan kasih.

Dalam Islam, Maria (Maryam) dihormati sebagai salah satu wanita terhebat dalam sejarah. Al-Qur’an merayakannya sebagai wanita terpilih dan disucikan di antara semua wanita (Quran 3:42). Maria adalah satu-satunya wanita yang disebutkan namanya dalam Al-Qur’an dan lebih sering disebut di sana daripada dalam Perjanjian Baru.

Tradisi-tradisi ini memperjelas peran luar biasa Maria sebagai sosok pemersatu, mengatasi perbedaan melalui teladan pengabdian, keberanian, dan kasih sayang.

Pelajaran untuk semua agama

Pilihan Allah terhadap Maria mencerminkan kesukaan-Nya terhadap mereka yang rendah hati dan terpinggirkan. Magnificat Maria menyatakan:

“Dia menurunkan orang-orang perkasa dari takhta mereka dan meninggikan orang-orang kecil; Dia mengenyangkan orang lapar dengan kebaikan dan membiarkan orang kaya pergi dengan tangan kosong” (Lukas 1:52-53).

Kehidupannya adalah visi tandingan budaya di dunia yang dikuasai materialisme, mengingatkan kita bahwa kehebatan terletak pada kerendahan hati dan pelayanan. Tokoh-tokoh seperti Bunda Teresa memberikan contoh nyata dalam tindakannya.

Penerimaan Maria terhadap rencana Tuhan: “Aku adalah hamba Tuhan. “Hendaklah genaplah perkataanmu, bahwa kamu telah berbicara kepadaku” (Lukas 1:38) adalah tindakan iman yang mendalam. Kepercayaannya kepada Tuhan di tengah penghakiman sosial dan kesulitan pribadi mengilhami ketekunan dan keyakinan dalam masa-masa penuh gejolak saat ini.

Sebagai seorang pengungsi dan wanita sederhana di bawah pemerintahan Romawi, kisah Mary bergema di banyak orang yang terlantar dan terpinggirkan sepanjang sejarah. Teladan mereka menantang mereka yang memiliki hak istimewa untuk membantu kelompok rentan, yang sejalan dengan misi organisasi modern yang membantu pengungsi dan masyarakat miskin.

Pengabdian Maria yang tak tergoyahkan kepada Yesus, sejak kelahiran-Nya hingga penyaliban-Nya, mewujudkan pemuridan. Iman mereka mengilhami orang-orang percaya untuk menjalani kehidupan pelayanan dan komitmen. Tokoh-tokoh modern seperti Santo Óscar Romero, yang mendukung kaum tertindas, mencerminkan keberanian dan cintanya.

Maria menempati posisi unik dan agung dalam tradisi Katolik. Gelar-gelarnya – Theotokos (Pembawa Tuhan), Ratu Surga dan Bunda Gereja – mencerminkan peran uniknya dalam sejarah keselamatan. Doktrin Katolik seperti Dikandung Tanpa Noda, Keperawanan Abadi, dan Diangkat ke Surga mengangkatnya sebagai teladan kemurnian, pengabdian, dan kekudusan.

Kisah Maria melampaui batas, mempersatukan orang-orang melalui keutamaan kerendahan hati, keberanian, dan pelayanannya. Sama seperti hidupnya yang dibentuk oleh imannya kepada Tuhan, pengaruhnya juga telah membentuk tradisi keagamaan selama berabad-abad, menyatukan orang-orang dari agama yang berbeda melalui teladan kasih dan pelayanannya.

Pada Natal kali ini, biarlah kisah Maria menginspirasi kita untuk bertindak: memberikan kebaikan kepada mereka yang membutuhkan, mendukung mereka yang terpinggirkan, dan memperjuangkan persatuan di dunia yang terpecah. Warisannya menantang kita untuk membawa terang dan harapan bagi kehidupan orang lain.

Ed Gaskin adalah direktur eksekutif Greater Grove Hall Main Streets dan pendiri Sunday Celebrations.

Source link