Calon Presiden Anies Baswedan berencana menerapkan sistem seleksi transparan dalam rekrutmen di lembaga pendidikan untuk menjadikannya meritokratis. Tujuan utamanya adalah membuat proses rekrutmen lebih terbuka dan dapat dipantau oleh publik, sebagai respons terhadap maraknya praktik nepotisme di institusi pendidikan.
Anies Baswedan menyuarakan rencananya ini menyusul kekhawatiran akan praktik-praktik orang dalam yang merugikan individu berprestasi tetapi terhalang oleh mereka yang memiliki akses dan kekuasaan. Dalam acara Diskusi dan Kalibrasi Bersama Pemuda dan Mahasiswa di GOR Jatidiri, Semarang, Jawa Tengah, Anies menjelaskan bahwa upaya transparansi ini merupakan langkah penting untuk memberi kesempatan yang seadil-adilnya kepada siswa berprestasi.
Mantan Mendikbud tersebut mengungkapkan bahwa sistem ini akan membuat informasi seputar penerimaan siswa baru menjadi terbuka untuk umum, termasuk detail nilai dan asal daerah calon siswa. Dengan demikian, diharapkan praktik-praktik nepotisme atau ‘orang dalam’ dapat diminimalisir. Anies menyatakan keyakinannya bahwa dengan keterbukaan ini, masyarakat akan memiliki kesempatan untuk mengkritisi apabila ada calon siswa yang dianggap tidak memenuhi kriteria yang seharusnya.
Langkah ini diharapkan dapat menciptakan lingkungan pendidikan yang lebih adil dan meritokratis, di mana siswa-siswa yang berprestasi mendapatkan kesempatan yang setara tanpa adanya intervensi yang tidak sepatutnya. Transparansi dalam seleksi rekrutmen diharapkan bisa menjadi solusi untuk mengatasi praktik-praktik yang tidak fair dan merugikan dalam sistem pendidikan.