Ekonomi Amerika Serikat (AS) masih menunjukkan pertumbuhan yang kuat pada kuartal kedua, meskipun menghadapi tantangan dari lonjakan inflasi dan peningkatan suku bunga. Ongkos pinjaman telah melambung setelah The Federal Reserve (The Fed), bank sentral AS, meningkatkan suku bunga hingga 525 bps sejak Maret 2020, mencapai 5,25-5,50%, level tertinggi sejak 2007. Langkah ini merupakan respons terhadap lonjakan inflasi AS, yang mencapai 9,1% (year on year) pada Juni 2022.
Meskipun suku bunga telah meningkat, inflasi AS tetap tinggi dan sulit untuk mencapai target The Fed sebesar 2%. Bahkan pada Agustus 2023, inflasi AS mencapai 3,7%, meningkat dari 3,0% pada Juli 2023. Namun, ekonomi AS masih tumbuh dengan kuat.
Tetapi, ada risiko yang muncul seperti potensi shutdown pemerintah dan pemogokan di sektor otomotif yang dapat merusak prospek pertumbuhan ekonomi AS di sisa tahun 2023. Inflasi yang tinggi dan pasar tenaga kerja yang ketat juga menjadi faktor yang membuat The Fed tetap bersikap hawkish.
Beberapa ekonom percaya bahwa kondisi ekonomi AS yang kuat dan inflasi yang tinggi mungkin akan mendorong The Fed untuk menaikkan suku bunga lagi pada November. Namun, ada pandangan lain yang mengindikasikan bahwa bank sentral AS mungkin enggan untuk melakukan pengetatan kebijakan moneter lebih lanjut karena kondisi perekonomian yang kurang cerah.
Meskipun ada ketidakpastian, ekonomi AS masih menunjukkan pertumbuhan yang positif, dengan Produk Domestik Bruto (PDB) tumbuh sebesar 2,1% (year on year), melebihi proyeksi awal The Fed sekitar 1,8%. Ini adalah pencapaian yang mengesankan mengingat The Fed telah meningkatkan suku bunga sebanyak 525 basis poin sejak Maret 2022.
Selain itu, revisi data PDB tahun 2017 juga mengungkapkan gambaran yang lebih baik tentang kinerja perekonomian AS. Masyarakat Amerika ternyata memiliki lebih banyak tabungan yang terkumpul selama pandemi Covid-19 daripada yang diperkirakan sebelumnya, dan laba perusahaan juga mengalami revisi naik. Ini memberikan optimisme terkait pertumbuhan ekonomi AS pada kuartal Juli-September.
Namun, ada beberapa indikator yang menunjukkan tantangan, seperti melambatnya konsumsi rumah tangga pada kuartal kedua dan dampak pemogokan di sektor otomotif. Pertikaian politik juga dapat mempengaruhi pertumbuhan ekonomi jika menyebabkan penutupan pemerintah.
Pasar tenaga kerja tetap kuat, dengan klaim pengangguran yang rendah, menunjukkan bahwa tingkat pengangguran tidak mengalami kenaikan yang signifikan. Meskipun ada beberapa fluktuasi dalam data pengangguran, pasar tenaga kerja AS masih terlihat sehat.
Secara keseluruhan, meskipun AS menghadapi tantangan dari inflasi tinggi dan peningkatan suku bunga, ekonomi tetap tumbuh dengan baik. Tantangan seperti shutdown pemerintah dan pemogokan dapat mempengaruhi pertumbuhan ekonomi, namun pasar tenaga kerja yang kuat memberikan indikasi positif untuk perekonomian AS.