Pertamina dan ExxonMobil telah menandatangani kesepakatan untuk merancang model komersial awal bagi proyek pusat penangkapan dan penyimpanan karbon (CCS) di Cekungan Asri.
Inisiatif ini sejalan dengan strategi Indonesia untuk memanfaatkan reservoir minyak dan gas yang sudah habis serta akuifer garam untuk menyimpan CO₂, dengan kapasitas potensial mencapai ratusan gigaton.
Dalam konferensi tahunan Asosiasi Perminyakan Indonesia (IPA), kedua perusahaan tersebut menandatangani kesepakatan yang menguraikan pekerjaan awal untuk merancang model komersial bagi proyek pusat CCS Cekungan Asri.
CEO Pertamina Hulu Energi, Awang Lazuardi, mengatakan: “Pertamina Hulu Energi dan ExxonMobil akan melakukan pengeboran penilaian untuk mengumpulkan data, yang nantinya akan menjadi referensi untuk pengembangan pusat tersebut.”
Sebuah studi bersama antara Pertamina dan ExxonMobil mengungkapkan bahwa Cekungan Asri, yang terletak di Blok Offshore South East Sumatra milik Pertamina, dapat menyimpan hingga tiga gigaton karbon dioksida dan akan membutuhkan investasi sekitar $2 miliar (Rp31,82 triliun).
CEO Pertamina, Nicke Widyawati, menyatakan bahwa kemitraan ini memungkinkan KNOC untuk bergabung dalam proyek dan menginjeksi emisi ke fasilitas tersebut.
Inisiatif CCS ini muncul setelah Indonesia meluncurkan lelang minyak dan gas pertama tahun ini, menawarkan lima blok untuk merangsang eksplorasi dan mengatasi penurunan produksi negara.
Dari 128 cekungan hidrokarbon di Indonesia, 68 di antaranya masih belum dieksplorasi.
Secara terpisah, ExxonMobil telah menemukan cadangan minyak baru di lepas pantai Angola di Blok 15.
Sumur Likembe-01, yang merupakan bagian dari area pengembangan Kizomba B dan dioperasikan oleh ExxonMobil bersama mitra Azule Energy, Equinor, dan Sonangol, dibor hingga kedalaman 3.013 meter dan menemukan reservoir berusia Miosen.